Gubernur Khofifah Akui di Jatim Tracing Rendah, Sindir Babinsa-Bhabinkamtibmas
Editor : Andi Dara | 16:20 WIB
News-Pantau.com, SURABAYA - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mengakui tracing atau pelacakan kontak erat pasien positif Covid-19 di wilayahnya masih sangat rendah.
Khofifah bahkan menemukan ada satu kabupaten/kota di Jatim yang memiliki rasio tracing nihil. Menurut WHO idealnya tiap satu pasien positif Covid-19 maka pelacakan harus dilakukan kepada 15 kontak erat.
"Tracing di Jatim ini kategori sangat kecil, sangat rendah, kalau 1 pasien menurut WHO harus 15 [1:15] di-tracing, kami ini ada satu daerah yang nol," kata Khofifah di Forum Guru Besar FK Universitas Airlangga, Jumat (30/7/2021) kemarin.
Ia mengaku langsung menghubungi kepala daerah dengan tracing nihil. Namun, kata Khofifah, kepala daerah tersebut membantah. Ia pun turun langsung ke lapangan untuk memeriksa kebenarannya.
"Saya telepon wali kotanya, betul nih tracing-nya nol? Beliau bilang 'mboten bunda' dan seterusnya. Saya bilang coba dicek, saya turun, saya ketemu bidan desa di beberapa kabupaten kota yang berbeda," katanya.
Setelah dirinya turun langsung ke kota itu, Khofifah menerima keluhan petugas tracing yang kesulitan mengoperasikan aplikasi Silacak. Program ini diluncurkan Kementerian Kesehatan untuk penguatan tracing.
Menurutnya, sejumlah petugas tracer, yang terdiri dari Bintara Pembina Desa (Babinsa) TNI AD dan Bhayangkara Pembina Ketertiban dan Keamanan Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Polri ternyata mengalami kendala saat melakukan entry data di aplikasi itu.
"Kalau sekarang yang diturunkan Babinsa dan Bhabinkamtibmas ngapunten (mohon maaf) ini bukan bidangnya. Kalau untuk membuka pintu supaya mau di-tracing, iya," katanya.
Karena kendala inilah, kata Khofifah, banyak data pelacakan tak ter-input di Silacak. Hal itu kemudian membuat data tracing di Jatim menjadi rendah.
"Kami sudah menyampaikan bahwa tracer harus diikuti swaber. Setelah tracing, testing. Tetapi kemudian kalau tidak diinput di dalam Silacak, ke depan dianggap tidak dilakukan tracing," ujarnya.
Infografis Beda GeNose, Rapid Antigen dan Swab PCR untuk Tes Covid-19.
Di berbagai titik lain, Khofifah juga turun langsung melakukan peninjauan. Kemudian diketahui rata-rata daerah di Jatim memiliki rasio sekitar 1:3, 1:4 dan 1:8.
Salah satu darah yang memiliki rasio tracing mendekati angka ideal adalah Kota Surabaya, perbandingannya mencapai 1:11. Tingginya capaian ini karena Pemkot Surabaya mengerahkan 3 ribu orang relawan untuk melakukan dan input data pelacakan.
"Surabaya bahkan sudah bisa 1:11 terakhir. Tadinya 1:8. Itu dengan mengundang relawan 3 ribu," kata dia.
Ia pun kemudian meminta bantuan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menerjunkan para mahasiswanya ke seluruh daerah di Jatim, untuk membantu proses tracing dan input data di Silacak.
"Apa dimungkinkan kami mendapatkan support dari mahasiswa [Unair], tidak hanya fakultas kedokteran karena itu sebetulnya relatif simple bagi yang sudah digital friendly. Jadi menginput data kemarin kemana, ketemu siapa dan seterusnya," ucapnya.
(And/Had).