Hari Keluarga Nasional, Lia Istifhama: Momentum Bentuk Suatu Bangsa Kuat dan Martabat, untuk Bangkitkan dari Pandemi
Editor : Andi Dara | 10:30 WIB
News-Pantau.com, SURABAYA - Seperti kita ketahui, Hari Keluarga Nasional diperingati setiap 29 Mei. Dalam sejarah, Hari keluarga Nasional pertama kali dipopulerkan oleh BKKBN di Lampung pada tanggal 29 Mei 1993 masa Presiden Soeharto. Tujuan dari peringatan Hari Keluarga adalah penguatan peran keluarga sebagai institusi terkecil yang membentuk sebuah bangsa yang kuat dan bermartabat.
Aktivis Perempuan Jawa Timur Lia Istifhama menilai dalam membangun sebuah keluarga internalisasi cinta sangat penting untuk ditanamkan pada anak-anak oleh orang tua, terlebih dalam era digitalisasi saat ini. Langkah tersebut merupakan penangkal degradasi sosial.
"Membangun sebuah bangsa yang hebat dimulai dari organisasi yang terkecil, yakni keluarga. Karena itu pembentukan karakter anak harus dilakukan mulai dari keluarga. Keluarga harmonis adalah pondasi dari sebuah bangsa yang hebat," kata Aktivis NU Jatim pada newspantau.com via seluler Ning Lia, Jumat (28/5/2021) malam.
Ibu dua anak yang akrab disapa Ning Lia itu mengingatkan, saat ini yang harus diwaspadai orang tua dan guru adalah aktivitas media sosial yang intens dilakukan oleh anak. Menurut Lia, informasi di media sosial tidak bisa ditelan mentah-mentah, perlu filterisasi.
Ketua Perempuan Tani HKTI ini mengatakan, anak-anak menjadi sasaran empuk pembunuhan karakter akibat media sosial yang diakses melalui telepon pintar. Karena itu, orang tua harus mengawasi dan mengarahkan anak.
"Teknologi seperti dua sisi mata pisau. Kalau tidak hati-hati bisa berbuah malapetaka. Karena itu, orang tua dan guru tak boleh lengah mengawasi anak-anak yang selama pandemi semakin akrab dengan gadget," ujar Ning Lia.
Selanjutnya, Tokoh Milenial Literasi 2021 (Ning Lia) ini menambahkan, keluarga juga menjadi penangkal efektif dari framing negatif yang datang melalui media sosial. Bagi Ning Lia, jika orang tua menyadari bahwa tindakan framing negatif bisa dengan mudah dilakukan, maka pelaku dari framing tersebut tentunya memiliki potensi yang sama untuk mendapat "karma" framing negatif.
"Tabur tuai itu ada dalam kehidupan. Namun, kita di sini bicara skala bangsa. Jangan sampai orang tua luput menjadikan keluarga jaminan bangsa ini bisa terus damai. Kita tentunya sangat memahami memiliki budaya timur yang santun. Hari Keluarga adalah momentum untuk menghindari sikap provokasi yang menimbulkan pertikaian satu sama lain, atau antar kelompok," pungkasnya. (Ali/Ism/And).