Dukung Gubernur Jawa Timur terkait ekspor-impor, Perempuan Tani HKTI Hadiri Diskusi dengan PT CJI eksportir terbaik Jatim
Editor : Andi Dara | 23:35 WIB
News-Pantau.com, Surabaya - Sikap tegas yang diperlihatkan oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, bahwa Jatim tidak memerlukan beras impor lantaran pasokan cukup hingga akhir Mei 2021, insya Allah jelang Ramadlan 1443 H masih aman, sampai" beliau menuai apresiasi banyak pihak.
“Sementara, Lia Istifhama (sapaan Ning Lia) ketua DPD PTHKTI Jatim menyampaikan bahwa beliau (Khofifah Indar parawansa) saat menjalankan amanah sebagai Gubernur Jawa Timur 2 tahun ini, kami mengakui bahwa Gubernur Khofifah memang layak
menjadi toladan, karena beliau (Khofifah) selalu obyektif dan tegas dalam mengambil keputusan. Pun beliau secara gamblang menjelaskan data mengenai ketersediaan pangan di Jatim dan memberikan sikap optimis terkait kestabilan harga gabah di tingkat petani”, kata Ning Lia Kepada wartawan newspantau.com via seluler Kamis (25/3/2021) malam.
Lanjut, Ning Lia selaku ketua DPD Perempuan Tani HKTI Jatim, juga mengapresiasi atas transparansi dan ketegasan dalam sikap Gubernur perempuan pertama Jawa Timur tersebut," imbuhnya.
“Senada, apa yang disampaikan Ketua Umum kami (Dian Novita Susanto), penting sekali tranparansi data terkait pangan. Dan ternyata kemudian Gubernur Jatim menyampaikan hal tersebut, bahkan dengan sikap optimis kestabilan harga gabah yang tentunya meningkatkan gairah petani. Sikap beliau ini sangat tepat karena berbicara konteks regional yang disesuaikan supply skala regional juga, tidak melebar kemana-mana,” jelasnya.
Ning Lia juga menjelaskan bahwa kajian impor pangan memiliki keterkaitan dengan ekspor.
“Kalau kita mengkaji potensi pertanian, maka penting menjadi pemikiran bersama bagaimana produktivitas semakin naik hingga melakukan ekspor. Nah, Jatim sudah membuktikan melalui ekspor pertanian senilai 140 milliar pada 2021 ini,” ujarnya.
“Kebetulan, Rabu (24/3/2021) kemarin kami berkunjung di PT Chiel Jedang Indonesia yang beberapa waktu lalu mendapatkan penghargaan sebagai eksportir terbaik se Jatim, terutama dalam hal food and beverages. Selain berkontribusi membuka lahan pekerjaan bagi masyarakat lokal, CJI juga membantu serapan produk pertanian lokal, diantaranya tetes tebu yang disuplai melalui PTPN. Namun, ada beberapa produk yang bahan bakunya diambil dari luar (impor), yaitu ketela pohon. Maka penting untuk menjadi perhatian bagaimana agar produk-produk ekspor seharusnya mendapatkan bahan baku dari lokal.”
“Oleh sebab itu, ketika saat ini muncul polemik impor garam, penting untuk diperhatikan bagaimana agar produksi garam lokal memang sesuai kebutuhan industri. Pendampingan dari calon whole seller, yaitu industri, harus ada sehingga bisa terkontrol produksi sesuai kapasitas (industri ekspor). Tentunya, peran pemerintah juga diperlukan selama proses produksi pertanian dari petani hingga panen untuk kemudian didistribusikan pada pabrik selaku whole sellernya,” pungkasnya.
Seiring dengannya, Ketua PTHKTI Kota Probolinggo, Dwi Laksmi Syntha, menjelaskan bahwa gairah petani secara signifikan dipengaruhi kebijakan pemerintah.
“Sikap Gubernur Jatim secara nyata membuat petani merasa aman dari kekhawatiran kompetisi komoditi pangan dengan produk impor. Sebagai contoh kota Probolinggo, meski persawahan tidak terlalu dominan, namun masih cukup banyak disini dan para petani butuh semangat dari semua pihak. Semangat tersebut didapat dengan berbagai cara, termasuk dengan stimulus bahwa Jatim memiliki potensi pertanian dan perikanan yang tinggi sehingga tidak perlu impor dalam komoditi tersebut. Kebetulan Kota Probolinggo termasuk salah satu kota Pelabuhan.”
Ketua DPD perempuan tani HKTi Jatim, Dr Lia Istifhama MEI, saat mengikuti diskusi dan stimulus dengan PT CJI eksportir terbaik di Jatim.
Persoalan ekspor impor serta kestabilan harga memang sering mewarnai pemberitaan media saat ini, terlebih memasuki bulan suci Ramadlan April mendatang. @hsn/ali/and.